Padang, Babarito
Gubernur Sumatra Barat (Sumbar) H Mahyeldi Ansharullah Dt Marajo merasa kehilangan atas meninggalnya tokoh Minangkabau di tingkat nasional Fahmi Idris, Minggu (22/5/2022). Sejak menjadi kepala daerah, Mahyeldi kerap berkomunikasi dengan Fahmi Idris yang juga mantan Menteri Perindustrian RI ini.
“Kami turut berduka, bahkan semua orang Minangkabau dan Indonesia juga berduka. Akan sulit mencari orang yang berjiwa besar, negarawan dan peduli dengan kampung halaman walaupun sudah di usia senja. Sulit mencari gantinya. Ini yang terlihat dari sosok pak Fahmi Idris akhir-akhir ini,” kata Gubernur Mahyeldi kepada wartawan.
Sebagai orang Minang yang banyak melihat kinerja dan terbantu dengan Fahmi Idris, kata Mahyeldi, semua perlu meneladani sifat-sifat dan kegigihan seorang Fahmi Indris. “Perlu kita teladani semangat beliau dalam membangun kampung. Baik saat menjabat, ataupun setelah tidak menjabat lagi,” kata Ketua DPW PKS Sumbar ini.
Gubernur Mahyeldi baru-baru ini pernah bertemu Fahmi Idris yang dikukuhkan sebagai Profesor Kehormatan Bidang Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia UNP, Sabtu (9/4/2022). Hadir juga pada saat itu, Ketua DPP Partai Golkar Airlangga Sufipta dan tentunya Rektor UNP Ganefri.
Seperti diketahui, mantan menteri tenaga kerja dan transmigrasi Indonesia era BJ Habibie sekaligus politisi senior Partai Golkar, Fahmi Idris, meninggal dunia di Rumah Sakit Medistira pada Minggu (22/5) pukul 10.00 WIB.
Fahmi lahir pada 20 September 1943 di Jakarta, saat Indonesia masih dijajah Jepang. Kedua orang tuanya merupakan pasangan perantau asal Minangkabau. Ayah Fahmi, Haji Idris Marah Bagindo, merupakan seorang pedagang yang mendidik anak-anaknya untuk taat beragama dan disiplin.
Ia lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1969. Di kampus tersebut, Fahmi dikenal sebagai aktivis yang ulet dan cekatan. Beberapa jabatan kemahasiswaan sempat ia sandang, antara lain sebagai pimpinan Himpunan Mahasiswa Islam, Ketua Senat Fakultas Ekonomi UI (1965-1966), dan Ketua Laskar Ampera Arief Rachman Hakim (1966-1968).
Fahmi mulai menitik karier sebagai pengusaha di 1966, saat ia mendirikan PT Kwarta Daya Pratama. Pada 1979, ia menjabat sebagai direktur utama Kongsi Delapan (Kodel Group), sebuah perusahaan konglemerasi yang didirikannya bersama Aburizal Bakrie, Soegeng Sarjadi, Abdul Latief dan Pontjo Sutowo. (edt)