Perhelatan demokrasi pemilihan kepala daerah (pilkada) 2020 akan segera memasuki hari H pada tanggal 9 Desember nanti. Hari ini (6/12) sudah masuk masa tenang, tak boleh kampanye. Saatnya rakyat menetapkan pilihan diantara kandidat pasangan calon (paslon) yang ada. Tentu semua ada plus minusnya. Tapi rakyat harus memilih, tidak baik juga jika tak memilih alias golput. Sebab momentum ini akan menentukan nasib rakyat, setidaknya untuk lima tahun ke depan.
Untuk pilkada Propinsi Sumatra Barat terdapat 4 (empat) paslon gubernur dan wakil gubernur. Mereka sudah berbulan bulan kampanye keliling Sumbar. Tentu sebagian besar masyarakat sudah tahu siapa mereka. Tapi untuk kepastian memilih yang mana, mungkin belum semua pemilih berketetapan hati. Hingga masuk ke bilik suara tanggal 9 nanti masih ada waktu untuk berfikir.
Tulisan ini bukan untuk kampanye. Karena memang sudah lewat masa kampanye dan saya pun bukan tim kampanye atau tim sukses. Tidak berhaklah ikut kampanye. Cuma sebagai salah seorang anak negeri yang lahir dan dibesarkan di Ranah Minang penulis terpanggil untuk ikut urung rembug.
Penulis pernah kenal agak dekat dengan salah seorang calon gubernur. Walau yang lain juga kenal, tapi hanya sebatas kenal nama, belum begitu paham ‘lakek tangannya’ masing-masing. Jadi penulis tak bisa berbicara tentang mereka tiga calon lain itu. Takut salah.
Buya Mahyeldi Ansharullah, ini nama yang penulis sebut agak kenal dekat itu. Dulu ketika penulis masih di Padang beliau menjabat Wakil Ketua DPRD Sumbar. Sekitar tahun 2006-2008 penulis beberapa kali sempat bertemu dan berdiskusi dengan beliau. Kadang di ruangannya di DPRD, sekali-kali juga bertemu di acara-acara organisasi masyarakat.
Buya Mahyeldi yang penulis tahu selalu tampil sederhana, namun tetap rapi. Layaknya seorang ustadz. Bahasa dan tutur katanya juga sederhana, tidak seperti politisi atau pejabat lain yang bahasanya selalu keren dan berkelas. Kadang kita-kita rakyat biasa ndak paham dengan istilah-istilah yang mereka sampaikan. Tapi tidak dengan Buya Mahyeldi, bahasanya mengalir, relatif mudah dipahami. Mungkin karena beliau Ustadz, biasa ceramah di masyarakat.
Dari sisi pengalaman kepemimpinan, perjalanan Buya sudah cukup panjang dan matang. Pernah memimpin partai (PKS) Sumbar, menjadi Wakil Ketua DPRD Sumbar, jadi Wakil Wali Kota Padang dan terakhir terpilih sebagai Wali Kota, sudah periode kedua.
Soal kapasitas (kemampuan) bisa jadi pada mulanya sebagian orang tidak begitu menghitung Buya ini. Beliau cuma ustadz yang biasa ceramah dah khotbah, mengisi pelatihan dan perkaderan keislaman. Basis ilmunya sarjana pertanian pula, tentu dalam anggapan banyak orang beliau tidak paham strategi politik dan pembangunan. Namun ternyata fakta berbicara lain. Sejak memimpin Kota Padang, anggapan umum itu termentahkan. Kota Padang makin tacelak, makin rapi dan tertib. Tak ada lagi yang meragukan prestasi beliau. Seorang ustadz dan sarjana pertanian ternyata mampu berbuat banyak untuk menata Kota Padang, menata pasar, menata ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat.
Bahkan prestasi terbaru, Wali Kota Padang ini berhasil menjadi wali kota terbaik se-Indonesia versi Metro TV. Keberhasilan Mahyeldi ini tak terlepas dari sejumlah terobosan yang dilakukannya dalam memimpin Kota Padang. Penghargaan itu diterima Mahyeldi pada malam penganugerahan *_People of the Year 2020_* yang digelar Metro TV di Jakarta, pada tanggal 18 November 2020. Beliau diganjar penghargaan sebagai kepala daerah dalam kategori Best *_Government Officer of The Year_*.
Terus terang penulis termasuk yang kaget dengan prestasi beliau. Dari cerita-cerita yang saya dengar, beliau memang dipandang berhasil. Tidak banyak cerita, tidak banyak retorika politik, tapi hasilnya tampak. Konkrit kata orang sekarang. Sehingga lawan-lawan politiknya mungkin lebih suka mengatakan “Buya berhasil memimpin Kota Padang, rakyat Padang tak ingin ditinggalkan Buya”.
Dalam pilkada Sumbar ini Mahyeldi memilih pasangan Audy Joinaldi. Seorang anak muda Rang Minang nan sukses di perantauan. Pengusaha muda sukses di sektor pertanian-peternakan dan pertambangan. Pria kelahiran 16 Mei 1983 itu dikenal sebagai pengusaha di wilayah timur Indonesia, seperti Papua dan Makassar. Audy yang memiliki keahlian di bidang pertanian dan pertambangan ini menjabat sebagai Chairman of Perkasa dan Lintas Agro Group. Ia juga menjabat Komisaris Utama PT Makassar Agro Nusa sejak 2012. Juga ada beberapa perusahaan yang dipimpinnya, seperti Komisaris Utama di PT Sinar Terang Madani, Komisaris Utama PT Mega Satwa Perkasa, Direktur Utama PT Lintas Agro Niaga, Direktur Keuangan PT Berau Usaha Mandiri, Komisaris Utama PT AA Perkasa Bersaudara. Sejak 2016, ia juga dipercayai sebagai Komisaris PT Benindo Perkasa Utama. Mencengangkan, di usia muda sudah memimpin sekian banyak perusahaan.
Gelar akademiknya juga keren, Ir. Audy Joinaldy, S.Pt, M.Sc, M.M, IPM, ASEAN.Eng. Strata 1 (S1) Sarjana Peternakan Institut Pertanian Bogor, lanjut ke Wageningen University Belanda. Tambah lagi S2 MM di Universitas Hasanuddin Makassar. Gelar Insinyur Profesional (Ir.) dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Dan sedang menyelesaikan Doktor (S3) pula di IPB. Audy adalah anak muda sukses yang sangat mengerti dengan dunia pertanian baik secara terori maupun secara praktek di lapangan. Beliau sukses menyabet gelar akademik dan sukses pula berusaha di sektor pertanian-peternakan.
Perpaduan ‘Buya dan Ahli Pertanian’ ini hemat penulis sangat cocok dengan kondisi Sumatera Barat. Propinsi dengan filosofi Adaik Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK). ABS-SBK sudah mendarah daging bagi rakyat Sumbar. Namun tentunya filososofi ini harus terus dipupuk, dipelihara dan ditingkatkan kualitas implementasinya. Karena faktanya masih banyak persoalan sosial di Ranah Minang. Sebut saja misalnya bahaya narkoba, kenakalan remaja, pergaulan bebas, bahkan konon juga banyak LGBT.
Sumatra Barat adalah daerah pertanian/agraris yang subur dan potensial. Sejak dulu kala mayoritas masyarakatnya hidup dari sektor pertanian dan kelautan. Terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi vulkanik yang dibentuk oleh Bukit Barisan. Luas daratan mencapai 42.297,30 km², setara dengan 2,17% luas Indonesia. Panjang garis pantai 1.973,246 km (termasuk Mentawai). Luas perairannya mencapai 186.580 km2. Ditopang oleh 29 gunung yang tersebar di 7 kabupaten dan kota. Sebut saja Gunung Kerinci, Gunung Marapi, Gunung Singgalang, Gunung Tandikek, Gunung Talang dan lain-lain. Juga dikaruniai banyak danau; Danau Singkarak, Maninjau , Danau Talang dan Danau Kembar (Danau Di Atas dan Danau Dibawah).
Namun potensi alam yang sangat besar ini agaknya belum tergarap dengan baik. Sehingga kesejateraan masyarakat yang sebagian besar bergerak di sektor pertanian masih jauh dari harapan. Perlu pemimpin yang paham bagaimana mengelola sumber daya yang melimpah ini. Yang mengerti konsep, strategi pengembangan dan bagaimana prakteknya di lapangan.
Pertanian seyogyanya tidak dipandang sebatas budidaya dan bercocok tanam. Pertanian dalam arti luas, atau agribisnis adalah *_“from farm to table”_*. Dari kebun, dari sawah, dari kandang hingga ke meja makan. Semua rantai proses dari mulai petani mengolah tanah, pemeliharaan, proses panen, pengolahan, pengangkutan, pemasaran dan sampai hasil tani tersedia di meja makan. Rantai proses ini memerlukan kebijakan dan program pemerintah yang tepat, efektif dan efisien. Salah kebijakan bisa merugikan petani dan juga rakyat banyak sebagai konsumen. Dah bahkan pada titik tertentu juga bisa merusak kelestarian lingkungan.
Dari dua sudut ini agaknya Buya Mahyeldi dan Audy Joinaldy secara kapasitas bisa diharapkan. Cocok dengan kondisi kultural (budaya) dan kondisi alam Sumatera Barat. Juga dengan mata pencaharian sebagian besar masyarakatnya, masyarakat pertanian.
Itulah sedikit yang penulis ketahui. Tentang Buya ini dan juga Audy anak muda yang sukses itu. Penulis tidak mengetahui banyak hal tentang tiga pasang calon gubernur dan calon wakil gubernur yang lain. Tentu mereka punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mereka adalah putra-putra terbaik Sumatera Barat. Mereka semua layak untuk memimpin Sumbar. Namun apa daya, kita harus memilih satu diantara empat. Pemimpin Sumbar hanya boleh satu pasang saja. Tidak lebih.
Akhirnya pemilih juga yang akan jadi penentu. Selamat memilih untuk rakyat Sumatera Barat. Semoga pilihan yang tepat untuk kepentingan semua. Aamiin. (Perantau Minang, Aktivis Muhammadiyah dan 212)