Padang, Babarito
Memasuki masa kampanye Pilkada Serentak, tak semua kandidat bisa seenak hati memasang alat peraga kampanye (APK) di lapangan. Saat ini, para kandidat terikat pada aturan KPU yang akan memasilitasi semua calon memasang APK di titik-titik yang ditentukan.
Karena itu, semua tim sukses, tim pemenangan dan simpatisan serta relawan diminta membuka kembali APK yang telah terpasang. Namun, tak semudah itu menurunkan spanduk-spanduk itu di tengah-tengah masyarakat. Apalagi, kalau yang memasang bukan tim sukses, tapi keinginan mereka sendiri di lokasi itu.
Seperti yang terjadi saat salah satu relawan Mahyeldi-Audy, yaitu Hendri Patopang yang berencana akan mengamankan atau membuka sementara spanduk di Kompleks Griya Elok, Lubukbegalung, Kota Padang. Meski sudah berkoordinasi dengan pengurus DPC PKS Lubukbegalung, Ustaz Hendrizal, tapi warga tetap tidak mau.
Saat tim akan membongkar, datang seorang lelaki paroh baya yang sedang emosi dan tidak senang baliho Buya Mahyeldi dibuka. Dia bertegas-tegas tidak setuju, apalagi yang memasang adalah adik kandungnya sendiri. Bahkan, sang bapak marah dan ingin melapor ke Polisi.
Hendry Patopang menyebutkan, dia mencoba mengontak sejumlah tim pemenangan seperti Mulyadi Muslim dan Marlis. Sang bapak tetap tak mau terima dan orang pun mulai berdatangan. “Sampai akhirnya datang pak Haji yang kebetulan kakak dari bapak yang marah-marah. Dia bertanya, kok berani buka gambar Buya?” kata Hendri mengutip ucapan pak haji.
Dengan tenang Hendry mengatakan, tidak akan berani membuka gambar atau APK Mahyeldi dimanapun. Dia dengan perlahan dan detail menjelaskan, para relawan diminta mengamankan APK yang masih terpasang dari kemungkinan ditertibkan Panwaslu. “Pak haji itu tak percaya dan kembali ditelepon tim danklir.Beliau paham dan minta semua APK yang ada di perumahannya untuk diamankan dulu,” katanya yang baru mengetahui, nama bapak yang marah itu adalah Buyung.
Menurut Hendry, ada pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa itu. Pertama, begitu besarnya kecintaan warga Sumbar kepada Buya Mahyeldi. Buktinya, baru foto Buya yang diturunkan sudah segitu besarnya marah bapak ini.
“Kami dapat pengakuan, kalau beliau sudah banyak memasang baliho dengan kayu dibeli sendiri. Karena tidak mau kandidat yang dibebankan,” katanya.
Juru Bicara Mahyeldi-Audy, Mulyadi Muslim mengaku cukup banyak mendapatkan informasi serupa di lapangan. “Para relawan kami minta lebih bijak dalam menyosialisasikannya. Karena, warga begitu antusias memasang baliho atau spanduk Mahyeldi-Audy tanpa imbalan apa-apa,” katanya. (edt)