Padang Panjang, Babarito
Setrika arang, sudah mulai terlupakan orang, seiring berjalannya waktu. Kini yang banyak dipakai ialahsetrika listrik. Instan, tidak butuh tempurung dan tidak banyak tenaga karena ringan.
Setrika arang, terbuat dari logam besi atau kuningan. Di dalamnya diisi bara tempurung (arang membara).
Cara memakainya sedikit rumit. Sebelum menggunakannya, kita harus membakar tempurung kelapa terlebih dahulu. Ketika sudah membara, arang itu dimasukan ke dalam setrika.
Setelah bara berada dalam setrika, jangan langsung digosokkan ke kain baju atau celana. Pastikan terlebih dahulu, apakah sudah panasnya sudah sesuai. Ukur panas itu dengan menggunakan daun pisang atau percikan air.
Jika sudah mengeluarkan bunyi “cesss”, berarti tandanya sudah panas, dan telah pas untuk memakainya. Di Padang Panjang masih ditemukan orang yang menggunakan setrika arang ini sebagai usaha mencari nafkah. Salah satunya, Pak Anjas di Pasar Padang Panjang tepatnya di Pasar Inpres Lantai 2.
“Ambo mambukak tampek manggosok, dengan setrika arang ko sajak 2001. Alah 19 tahun. Sebelum pandemi, pemasukan ambo perhari bisa mancapai Rp100.000. Tapi setelah pandemi, pemasukan ambo banyak berkurang. Tapi alhamdulillah juolah, dengan pencarian ambo nan manggosok ko, lah bisa manyekolahan anak ambo sampai SMA,” ujar Pak Anjas baru baru ini.
Ia mengungkapkan, harga upah satu baju dimulai dari Rp2.000. Tergantung kesulitan menggosok bajunya. Untuk baju gamis, mulai dari Rp5.000. Biayanya tidak begitu mahal, namun hasil setrikaan itu memuaskan.
Bagi Pak Anjas usaha ini juga sudah menjadi hobi. Tidak hanya masalah upah yang dia dahulukan. Tapi persahabatan dengan pelanggan. Disitulah kepuasan, katanya. (*/pta)