Berbicara tentang Leadership (Kepemimpinan), Jonn C Maxwell memeras makna kepemimpinan menjadi satu kata yakni Influence ( pengaruh ). Kepemimpinan yang sesungguhnya adalah, bagaimana seorang pemimpin memiliki wewenang dan bisa mempengaruhi orang lain untuk mengikuti arahannya dengan senang hati dan penuh keyakinan (Maxwell.1995:5). Kepemimpinan dapat membuat orang lain bekerja tanpa diwajibkan.
Dari teori ini, indikator berhasilnya seorang pemimpin adalah ketika dia berhasil memberikan pengaruh terhadap yang dipimpinnya untuk bergerak bersama mendukung dan mewujudkan visi misi yang dibawanya. Banyak cara untuk menguatkan pengaruh ini, bisa dengan reward & punishman, bisa dengan pendekatan intervensi, atau pendekatan yang lain.
Saya bersyukur bisa mendampingi Buya Mahyeldi sebagai Sespri non formalnya selama 1 tahun 6 bulan. Dari Buya Mahyeldi saya belajar tentang bagaimana ” Memimpin Dengan Hati”. Buya menerapkan kepemimpinan dengan pendekatan sentuhan titik terdalam (hati) kepada setiap elemen yang dipimpinnya. Baik kepada Pejabat Organisasi Perangkat Daerah yang merupakan bawahan langsungnya, maupun elemen masyarakat yang diayominya. Sangat jarang Buya menggunakan tekanan untuk mempengaruhi bawahannya untuk mendorong percepatan pencapaian targetnya. Beliau selalu melaksanakan pendekatan hati dalam setiap penyelesaian masalah dan pencapaian target visi misinya.
Beliau membangun komunikasi merakyat tanpa jarak. Menerima tamu di rumah dinasnya tanpa memandang jabatan dan strata ekonomi yang datang. Beliau bersedia diskusi dan menampung aspirasi jemput bola ke jantung masalah. Beliau bersedia duduk sama rendah, makan jajanan yang dimakan masyarakat umum.
Beliau tak sungkan mengusap air mata anak yang sedang menangis. Beliau tak segan mengambil sapu dan membersihkan sampah dengan pasukan kuning. Beliau tak canggung mengambil cangkul dari mobil dinasnya yang selalu stand by ketika ada gorong-gorong yang tersumbat ketika sambil berjalan beliau temukan.
Intinya, Buya memimpin dengan hati dan ketauladanan. Seperti memandikan kuda, beliau dulu yang masuk “Banda” baru kudanya juga akan mengikut.
Hal ini membuat segenap yang dipimpinnya ikut bergerak berjuang bersama dengan hati yang tenang tanpa paksaan. (Anggota DPRD Sumbar)