Oleh :
H. Trinda Farhan Satria, ST, MT Datuak Tumangguang Putiah (Wakil Bupati Agam)
Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendak lah setiap kalian memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwa lah kepada Allah. Sesunguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kalian kerjakan. ( QS 59 : 18).
Orang-orang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka adalah lebih tinggi derjatnya disisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan (QS 9 : 20)
…Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka merubah keadaan diri mereka sendiri… (QS 13 : 11).
I. Muhasabah.
Setiap di akhir periode waktu selalu dimanfaatkan oleh orang yang berakal untuk melakukan muhasabah (berhitung/introspeksi diri), kenapa? Karena waktu tidak bisa berulang. Hari ini hanya terjadi sekali sepanjang umur zaman dan tidak akan pernah berulang lagi.
Kita semua telah diingatkan tentang pentingnya memperhatikan pemanfaatan waktu kita : Barang siapa hari ini nya lebih buruk dari hari kemaren, maka dia celaka. Barang siapa hari ini nya sama dengan hari kemaren, maka dia tertipu/merugi. Barang siapa hari ini nya lebih baik dari hari kemaren, maka dia beruntung.
Di sinilah pentingnya kita memahami nilai waktu dalam islam. Siapa yang tahu nilai waktu maka dia akan memahami nilai hidup, karena waktu itu adalah kehidupan. Allah SWT berfirman dalam surat Al-A’raf ayat 34 : Dan setiap ummat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.
Suatu hari Amirul Mukminin Umar bin Khattab RA mendapat pengaduan dari anaknya yang diejek temannya karena bajunya banyak tambalan. Merasa kasihan dengan anak yang sangat disayangi ini, Umar bin Khattab RA menulis surat ke bendahara negara agar dipinjamkan uang sebanyak 4 dirham dan akan diganti dengan potongan gajinya bulan depan. Surat ini dibalas oleh bendaharanya, yaa Amirul mukminin apakah engkau bisa menjamin bahwa engkau masih hidup bulan depan, membaca balasan surat ini Umar bin Khattab RA menangis dan membatalkan pinjamannya ke kas negara.
Ma’ashiral muslimin RahimakumuLLah, ketika roda zaman berputar melintasi tahun-tahun kehidupan untuk menyongsong tahun yang baru lagi, kita berhenti di persimpangan jalan. Alangkah pentingnya pada kesempatan yang sebentar ini kita melakukan koreksi diri terhadap masa-masa lalu dan mengarahkan pandangan ke masa depan sebelum datangnya yaumil hisab (hari perhitungan). Karena hari perhitungan itu pasti datang. Umar bin Khattab RA pernah berkata : Haasabu anfusahum qabla anta hasab (muhasabahi lah dirimu sebelum dihisab Allah di hari Akhir).
Kita muhasabahi lah perjalanan hidup masa lalu, apa yang telah dikerjakan selama setahun ini? Apa yang telah diperbuat? Apa yang telah dipersiapkan untuk hari kepulangan kita ke kampung halaman yang hakiki, hari akhir atau hari kematian? Apa yang telah kita raih, apa pula yang merugi?
Seperti dilakukan pedagang sukses yang senantiasa melakukan evaluasi untung-rugi di akhir tahun. Harus ada kesempatan muhasabah harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Setiap mau tidur kita hitung-hitung kembali, apa yang telah kita perbuat sejak bangun tidur, mana makshiyat dan kedurhakaan yang kita lakukan, ketika melakukan amal shalih dan memberi manfaat kepada orang lain apakah sudah kita lakukan dengan ikhlas sehingga bernilai pahala disisi Allah.
Kenapa perlu muhasabah setiap waktu? Karena waktu adalah kehidupan. Apa kehidupan kita? Itulah waktu yang kita jalani, dari buaian sampai liang lahat, dari tangis sampai jeritan sakharatul maut. Jika kita sia-siakan waktu berarti menyia-nyiakan kehidupan. Menghilangkan waktu berarti menghilangkan kehidupan. Ada orang yang membunuh waktunya, berarti membunuh kehidupannya.
Ketika masa lalu yang kelam dan bergelimang maksiyat, saat kita hanya bisa sesali dosa-dosa masa lalu, maka kita perlu mengatur langkah sebaik-baiknya agar tidak tergelincir lagi. Kita luruskan yang bengkok, kita kejar yang luput, kita perbaiki yang salah, selagi ada kesempatan, selagi masih ada umur.
Menghadapi masa depan yang lebih baik, kita buat persiapan berupa hati yang lebih bersih, niat yang lebih suci, kemauan yang lebih kuat untuk melakukan kebaikan.
Al Qodhi Abu Nashr Muhammad bin Wadlan meriwayatkan dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas. “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda dalam satu khutbahnya :’Wahai manusia! Sesungguhnya kalian punya rambu petunjuk jalan, karena itu ikutilah petunjuk itu dan kamu punya batas, karena itu berhentilah pada batas akhirmu.Sesungguhnya mukmin itu berada antara 2 ketakutan. Antara masa lalu dimana dia tidak tahu apa yang akan diperbuat ALLAH terhadap dirinya dalam masa lampau itu. Dan antara masa yang masih tersisa, dimana dia tidak tahu apa yang ditetapkan ALLAH dalam sisa usianya itu. Karena itu hendaklah seorang hamba memanfaatkan dirinya dengan sebaik-baiknya demi keselamatan dirinya sendiri nanti. Gunakan kehidupan dunianya sebaik mungkin demi kepentingan akhiratnya. Gunakan masa mudanya sebelum datang hari tua, manfaatkan masa hidup sebelum ajal menjelang. Demi dzat ALLAH yang jiwa Muhammad dalam genggaman-NYA. Sesudah kematian tidak ada kepayahan, sesudah kehidupan dunia tidak ada kehidupan melainkan surga atau neraka. Maka ‘tiada suatu haripun yang fajarnya menyingsing melainkan ia berseru, ‘Wahai anak Adam! Aku adalah makhluk yang baru dan aku menyaksikan segala amal perbuatan mu, maka ambillah bekal dariku, karena sesungguhnya aku tidak akan kembali lagi hingga datangnya hari kiamat nanti (HR Abu Nu’aim & Baihaqi).
Yaa..hari ini adalah hari yang baru…yang berbeda dengan hari yang kemaren. Imam Hasan Basri berkata : Hai keturunan Adam! Sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari, setiap hari berlalu, satu persatu komponen hidup kalian pun pergi…Wahai ummat manusia, kehidupan kalian semua adalah waktu yang kalian miliki dari buaian hingga liang lahat. Jika kalian sia-siakan waktu kalian, berarti kalian telah menyia-nyiakan kehidupan kalian.
Ditengah-tengah orang-orang berpesta pora mencari kesenangan dunia menyambut tahun baru, sangatlah pantas bagi orang-orang beriman di setiap penghujung tahun meluangkan waktu untuk menyendiri, bermuhasabah dan mengoreksi diri sendiri. Apa yang telah diperbuat untuk perbaikan diri sendiri, untuk keluarga, untuk masyarakat, untuk ummat dan untuk bangsa ini.
Paling tidak ada 3 hal yang kita dapatkan dari hasil muhasabah diri : Pertama : kita syukuri terhadap amal shalih dan ketaatan yang telah kita lakukan. Karena berkat petunjuk dan bimbingan-NYA lah kita bisa berbuat amal shalih dan taat kepada-Nya. Bersyukur dengan senantiasa bertahmid dengan lisan, dengan hati yang terdalam serta bersyukur dengan amal, dengan meningkatkan kebaikan yang berlipat ganda untuk tahun-tahun yang akan datang.
Kedua : kita bertaubat terhadap kealpaan, kelalaian dan kedurhakaan kita kepada ALLAh dengan ma’shiyat dan dosa-dosa yang terlanjur kita lakukan. Rasulullah SAW pernah bersabda : Kullu ibnu Aadam khaththaa’un, wa khairul khaththaaiinat tawwaabiina (setiap anak adam itu bersalah, dan sebaik-baik orang yang salah adalah yang bertaubat). HR At-tirmidzi.
Ketiga : setelah bersyukur terhadap kebaikan dan bertaubat terhadap dosa, kita harus mantapkan ‘azzam , menguatkan tekad untuk lebih baik menyongsong waktu yang akan datang dan menyusun langkah untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri menyongsong kehidupan akhirat & dunia yang lebih baik.
II. Konsep Hijrah.
Orang-orang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka adalah lebih tinggi derjatnya disisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan (QS 9 : 20).
Kenapa hijriyah menjadi dasar tahun baru Islam? Khalifah Umar bin Khattab RA menetapkan hijrah Rasulullah SAW sebagai titik awal tahun baru Islam, karena memandang hijrah adalah peristiwa penting, titik tolak berpisahnya yang haq dengan yang bathil. Titik tolak bagi tegaknya nilai-nilai Islam dalam kehidupan individu, kehidupan berkeluarga, kehidupan bermasyarakat dan kehidupan bernegara, dengan tegaknya peradaban masyarakat madaniy di Madinah.
Tegaknya negara Madinah selaras dengan visi pembangunan Agam ke depan yaitu : Terwujudnya Kabupaten Agam Madani nan adil sejahtera.
Masyarakat Madani yang digambarkan sebagai : Masyarakat islami yang berperadaban tinggi dan maju yang berbasiskan pada nilai-nilai, norma-norma, hukum dan moral ‘Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, syarak mangato adat mamakai.
Masyarakat yang berlandaskan ukhuwwah islamiyyah, menghormati perbedaan, bersikap demokratis dan terbuka, gotong royong dan kekeluargaan. Masyarakat yang seluruh komponennya bekerja sama dalam kebaikan, bahu membahu dalam mensejahterakan masyarakat dan menguatkan keimanan serta ketaatan kepada Allah SWT. Bahu membahu melindungi kampung dan masyarakat dari segala ancaman, menghidupkan budaya produktif dan mencerdaskan kehidupan anak nagari.
Apa itu hijrah? Secara harfiyah hijrah adalah at-tarku (meninggalkan). Rasulullah SAW dan para shahabat meninggalkan kota Mekah beserta seluruh yang mereka cintai : kampung halaman, keluarga, harta benda dan lain-lain menuju Madinah demi iman dan tegaknya agama Allah dimuka bumi ini.
Hijrah merupakan satu bentuk konsekunsi logis dari tuntutan iman seseorang. Ada dua jenis hijrah yaitu : pertama hijrah secara makkaniyah (perpindah tempat) ke tempat basis, dakwah baru yang lebih subur dan lebih bersahabat dengan seruan dakwah islam. Kedua : hijrah secara maknawiyah melalui perubahan secara moral. Hijrah maknawiyah ini wajib dilakukan setiap muslim tanpa terkecuali sebagai bukti iman seseorang. Hijrah maknawiyah yang diwujudkan dengan perpindahan dari kejahiliyahan menuju islam, dari kekufuran menuju iman, dari kemusyrikan menuju tauhid, dari kebathilan menuju yang haq, dari makshiyat menuju ketaatan, dari yang haram kepada yang halal dan lain-lain.\
Rasulullah SAW bersabda : Almuhaajiru man haajara maa nahaLLAHU ‘anhu (Orang yang hijrah itu adalah orang yang mennggalkan apa-apa yang dilarang ALLAH atasnya.) HR Bukhari-Muslim.
Rasulullah SAW bersabda : An tahjural fawaahisya maa zhahara wa maa bathana wa tuqiimas shalah wa tu’tiyaz zakkah fa anta muhaajiru (Bila engkau meninggalkan perbuatan keji, baik yang nyata maupun yang tersembunyi, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka engkau orang yang hijrah). HR Ahmad.
III. Hijrah dan Perubahan.
Hijrah adalah titik tolak perubahan, tegaknya seluruh nilai-nilai islam dalam kehidupan nyata. Manfaatkan momen tahun baru hijriyah ini dengan memuhasabah diri, introspeksi diri kemudian tekadkan diri untuk hijrah melakukan perubahan kepada kehidupan yang lebih baik.
Dalam suatu riwayat kita diingatkan bahwa : Barang siapa hari ininya lebih buruk dari kemaren maka dia celaka, barang siapa hari ini nya sama dengan kemaren maka dia tertipu/merugi, barang siapa yang hari ini nya lebih daro kemaren dia beruntung.
Menjadi keharusan bagi kita untuk selalu memuhasabah dan mengevaluasi diri dari semua sisi-sisi kehidupan dunia dan akhirat kita, dan senantiasa memperbaiki sisi kelemahan dan keburukan kita. Mirip yang diajarkan Kaizen dalam konsep manajemennya ‘continiuos improvement’ atau perbaikan terus menerus.
Perbaikan terus menerus disemua sisi kehidupan kita membutuhkan kesungguhan, membutuhkan mujahadah. Allah SWT berfirman dalam surat Al-ankabut ayat 69 : walladziina jaahaduu fiinaa lanahdiyannahum subulana. Wa innaLLAHA lama’al muhsiniina (Dan orang-orang yang berjihad untuk Kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik).
Jihad yang memiliki makna bersungguh-sungguh, mengerahkan semua potensi yg dimiliki, menjaga kesinambungan amal, istiqamah, gigih dan tidak mudah goyah. Jihad/mujahadah yang juga mengandung makna ‘memaksakan diri’ untuk meninggalkan kemakshiyatan, kemalasan, kelalaian, santai dan kebiasaan buruk lainnya, sekaligus ‘memaksakan diri’ untuk melakukan ketaatan, amal shalih, peduli dan memberi manfaat kepada orang lain, serta kebiasaan-kebiasaan baik lainnya.
Semoga tahun baru hijriyah kita tahun ini memberi dampak positif yang maksimal buat kita semua. Membiasakan kita untuk senantiasa melakukan muhasabah harian, mingguan, bulanan dan tahunan sebagai titik tolak melakukan hijrah menuju perubahan yang lebih baik bagi kehidupan dunia, terutama untuk mencapai kehidupan akhirat yang terbaik,Amin ya Rabbal ‘alamiin. (*)