Padang, Babarito
Ada video viral yang disebarkan belakangan ini. Wali Kota Padang Buya Mahyeldi yang sedang melakukan olahraga di pantai, lalu bersama ajudannya menemukan ada pedagang yang berjualan di trotoar jalan. Lalu menegurnya, karena tidak boleh berjualan disana. Akan tetapi terjadi reaksi yang berlebihan dari pedagang tersebut. Termasuk mengeluarkan kata-kata kotor, bercarut dan memaki-maki Walikota Padang dan yang lain. Lalu ada yang sengaja memvideokan dan merekam lalu menyebarkannya ke ruang publik.
“Yang perlu kita cermati dari video tersebut ada beberapa hal. Pertama, hilangnya kesantunan dan etika dari pihak yang terkait. Dengan mengeluarkan kata-kata kotor, carut, cacian dan makian. Apalgi yang dicaci dan dimakinya adalah pemimpin kota Padang. Yang berniat menegur atas kesalahan yang dilakukan dimana tidak boleh berjualan di trotoar yang mengganggu ketertiban umum. Sedangkan tempat berdagang sudah disediakan,” kata Boy Hadi Kurniawan atau BHK, seorang trainer dalam laman facebooknya.
Kedua, sebutnya, sikap sabar dan tenang yang luar biasa ditunjukkan oleh Walikota Padang Buya Mahyeldi terhadap reaksi berlebihan dari pedagang tersebut. Mahyeldi sama sekali tidak membalas cacian dan makian itu. Dia bahkan berusaha menenangkan, tetapi karena si pedagang tadi sudah terburu nafsu, sama sekali tidak ada niatnya untuk menghentikan cacian dan makian yang dilontarkan. Sehingga terus saja dilakukannya.
“Bahkan yang merekam dengan video juga ikut melontarkan kata-kata yang menyudutkan Wali Kota Padang. Namun Buya Mahyeldi tetap diam dan akhirnya memilih untuk meninggalkan tempat tersebut,” kata penulis buku ini.
Katanya, dari kejadian ini kita perlu prihatin, di tengah kondisi seperti ini sebagian masyarakat telah kehilangan nurani dan akal sehatnya. Karena alasan ekonomi, tidak peduli dengan aturan dn ketertiban. bahkan melakukan tindakan yg tidak sepantasnya.
“Perlu ada pendidikan dn pencerahan pada masyrakat apalgi ditengah kondisi ranah Minang yang menggunakan prinsip adat basandi Syara’, syara basandi Kitabullah. Berkata kotor dan marah-marah di depan umum, apalagi jika ada anak-anak yang mendengarnya jelas ini bertentangan dgn agama dan adat. Perlu ada pembelajaran kedepannya agar kejadian yang sama dn membuat malu/risih mendengar kata2 carut ini tidak terjadi lagi. Artinya pembenahan ekonomi harus dibarengi dengan pembenahan akidah dan akhlak,” kata pendiri Hasanah Tour ini.
Kemudian, sebutnya, perlu merasa salut dan acung jempol terhadap sikap tenang dan sabar yang luar biasa dari Pemimpin seperti Buya Mahyeldi dlm menghadapi respon masyarakat yang negatif ini. Tidak semua pemimpin bisa mengendalikan emosi ditengah situasi seperti ini. Dimana beliau coba dipermalukan di depan umum, dicaci maki dan sebagainya. Tapi belia tetap sabar dn tenang, tidak membalas, bahkan memilih utk pergi meninggalkan lokasi kejadian. Seringkali terjadi pemimpin yang justru marah marah dan senang mencaci maki. Masya Allah.
“Semoga kasus seperti ini tidak terjadi lagi. Kedepannya kita berharap aparat terkait misalkan Satpol-PP yang memiliki kewenangan utk menindak pelanggar Perda atau pelanggar aturan lebih giat dalam bersikap sehingga ke depannya tidak perlu pak Walikota yang terjun langsung dalam menertibkan masyarakat. Untuk menghindarkan kejadian seperti ini. Karena banyak masyarakat yang miris, iba dan prihatin melihat pemimpin kota nya dicaci maki seperti itu,” katanya.
Dia berharap, Mahyeldi terus dalam kesabaran dalam memimpin warga yang bermacam gayanya menjadi pahala bagi beliau dn pelajaran bagi kita semua. “Kita yakin bahwa setiap kebaikan da keburukan yang dilakukan akan kembali pada pelakunya. Wallahu alam bishshawab,” tutupnya. (edt)
Oleh : BHK