Pariaman, Babarito
Pesona Minang Batik Sungai Kasai yang dikelola oleh Rahmayeni bersama suaminya Dedek sangat diminati pecinta batik Pariaman.
Usaha batiknya sudah berjalan selama lebih kurang sembilan bulan, terhitung dari bulan Oktober 2019 hingga sekarang. Dan saat ini Yeni sudah mempunyai enam orang anggota yang membantunya dalam usaha membatik ini.
Awalnya usaha ini dikenal di Kota Pariaman ketika Yeni datang ke Dinas Perindagkop, untuk bertemu dengan Kepala Dinas Perindagkop Kota Pariaman Gusniyeti Zaunit.
Tujuannya datang bertemu adalah untuk memperkenalkan hasil batik yang dibuatnya kepada ibu Yet, dan sekaligus meminta bantuan untuk dipromosikan.
Kedatangannya disambut baik oleh Kadis Perindagkop Kota Pariaman, bahkan Gusniyeti Zaunit menawarkan kepada Yeni untuk mengikuti pelatihan yang akan diadakan di Kota Padang, guna mempelajari lagi bagaimana cara membatik yang baik dan perpaduan warna yang bagus sehingga bisa memperhalus batik yang sudah dia buat selama ini.
“Saya langsung mengiyakan tawaran pelatihan yang datang kepada saya melalui ibu Yet, karena niat saya ingin punya usaha batik yang bagus dan disukai banyak orang, tidak ada salahnya saya pelajari lagi hal-hal yang belum saya ketahui tentang bagaimana cara membatik yang bagus itu, sehingga bisa memperhalus hasil batik buatan saya,” sebut Yeni, Kamis (6/8).
Yeni menjelaskan untuk semua bahan-bahan membatik, mulai dari cat pewarna, canting, kain, kompor, beliau beli ke Daerah Pekalongan dan Yogyakarta.
Usahanya ini juga sudah dikunjungi oleh Ketua Dekranasda Kota Pariaman ibu Lucyanel Genius, Ibu Nevi Irwan Prayitno, dan Kepala Dinas lainnya yang ada di Kota Pariaman ini, bahkan dari kunjungan tersebut beliau mendapatkan orderan batik yang cukup lumayan banyak.
“Hasilnya bisa saya rasakan sekarang batik saya ini sudah dikenal banyak orang, bahkan saya juga sudah terima pesanan dari luar Pariaman seperti Palembang, Bandung dan kota lainnya,” ujarnya.
Untuk harga, lanjutnya, dipatok mulai dari Rp250 ribu per dua meter untuk batik berbahan dasar alam, karena prosesnya lebih rumit, pencelupannya lebih sering untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
“Kemudian untuk batik cap saya jual dengan harga mulai dari Rp185 ribu per dua meter, dan batik tulis mulai dari harga Rp300 ribu per dua meter. Jadi semua batik yang saya jual tersebut tergantung motif, ukuran, dan tingkat kesulitan dalam pembuatannya,” tukas Yeni.
Yeni dan Dedek suaminya mempunyai keinginan untuk membuat galery batik sendiri di depan rumah mereka jika sudah mempunyai rezeki dari usaha membatik ini. (pta)