Dharmasraya, Babarito
Ketokohan Mahyeldi Ansharullah tak perlu dipertanyakan lagi. Bahkan, tokoh muda Dharmasraya, Pandong Spenra juga terkesan dan berani angkat bicara terkait sosok Wali Kota Padang dua periode itu.
“Kami jauh tinggal di Pulau Punjung, Kabupatan Darmasraya, perbatasan Sumbar dengan Jambi. Setiap hari kami mengamati kerja Buya Mahyeldi, kami sangat terkesan cara beliau membenahi Kota Padang. Bahkan kami ‘cemburu’ sama Buya. begitu cepat beliau membenahi ibu kota Provinsi Sumbar ini,” kata pria yang dikenal dekat dengan suku di pedalaman Dharmasraya dan Jambi itu.
Menurut Pandong, semua tahu betul banyaknya permasalahan di Padang sebelum Manyeldi jadi wali kota. Seperti persoalan jalan By Pass Padang, persoalan Pasar Raya Padang dan pasar satelit yang ada di Kota Padang. Sampai persoalan pantai Padang yang terlihat kumuh dan identik dengan tenda cepernya atau lokasi maksiat.
“Akhirnya hari ini kita bisa melihat, melalui sentuhan tangan Buya Mahyeldi, ketika beliau melakukan pembenahan boleh dikatakan tidak ada gejolak sama sekali. Itu bukti kongkret yang bisa kita saksikan dengan mata kepala kita sendiri, semuanya berjalan dengan aman,” katanya.
Pandong melihat, Mahyeldi sangat cocok untuk memimpin Sumbar ke depan. “Saya rasa bentuk kepemimpinan seperti Buya Mahyeldi yang kita inginkan untuk Sumatra Barat ke depannya. Tak ada salahnya Sumbar dinakhodai oleh Buya Mahyeldi,” ucap Pandong di Pulau Punjung.
Katanya, Sumbar terkenal masyarakatnya beradab, berbudaya, adat basandi syarak, syarak bansandi kitabullah (ABS-SBK). Maka dalam konteks ini melekat dengan Buya Mahyeldi.
“Tidak salah lagi Buya Mahyeldi lebih tepat memimpin Sumbar. Justru zaman yang dihadapi bukan seperti dulu lagi sudah banyak berubah. Orang menggunakan teknologi dan ini menjadi tantangan. Makanya yang dibutuhkan itu adab, Buya Mahyeldi mempunyai itu,” kata alumni Universitas Bung Hatta (UBH) Padang ini.
Selanjutnya, katanya, Mahyeldi tidak banyak bicara. Membuktikan cita-citanya hanya dengan kerja. Sumbar sangat membutuhkan seorang pemimpin di Sumatra Barat seperti Mahyeldi.
“Dia punya karakter, layak diteladani. Buya Mahyeldi ketika mengelola pemerintahan untuk melayani masyarakat begitu cermat, cerdas, banyak program semua berjalan lancar, terencana untuk kepentingan masyarakat,” sebut direktur Langgam Institute ini.
Untuk itu, katanya, kepemimpinan ke depan berbicara bukan masalah pembangunan yang mewah saja. Budaya di Ranah Minang harus dipertahankan.
“Buya Mahyeldi punya nilai untuk itu. Kita sangat bersukur Buya Mahyeldi dicalonkan jadi gubernur Sumbar. Sekali lagi saya jelaskan, saya bukan menolong buya tetapi menolong Sumbar. Karena yang pantas itu hanya Buya Mahyeldi orang yang tepat jadi nakhoda di Sumbar,” uarnya. (edt)