Padang, Babarito
TUGU berkelir putih itu berdiri kokoh di persimpangan jalan. Berhujan berpanas. Terlihat usang, seusang usianya.
“Baranti di Simpang Extra Joss ciek, Da (Berhenti di Simpang Extra Joss, Da),” kata seorang siswa sekolah kepada sopir angkutan kota saat akan turun di persimpangan jalan itu.
Sopir angkot itu lantas menepikan kendaraannya tepat di dekat tugu berbentuk kepalan tangan berukuran besar. Tugu yang berada di persimpangan jalan antara Jalan Gajah Mada dengan jalan Jhoni Anwar itu adalah monumen peringatan atas perjuangan pahlawan nasional Bagindo Aziz Chan melawan penjajah. Warga menjulukinya “Simpang Extra Joss” atau “Simpang Tinju”.
Berdasarkan sejarah, Bagindo Aziz Chan wafat di Simpang Kandis pada 19 Juli 1947. Ketika itu, Bagindo Aziz Chan sempat bersitegang dengan penjajah hingga akhirnya terjadi pertumpahan darah. Tugu Simpang Kandis menjadi penanda, tempat dimana Bagindo Aziz Chan menghembuskan nafas terakhirnya setelah berjuang melawan musuh.
Mengenang jasa Bagindo Aziz Chan, Wali Kota Padang Syahrul Ujud kemudian mendirikan monumen atau tugu di Simpang Kandis. Tugu itu berdiri di tahun 1983. Tugu kepalan tangan tersebut sebagai representasi semangat bela negara yang begitu besar dari Bagindo Aziz Chan.
Sayangnya, hingga detik ini nama Tugu Simpang Kandis itu telah diplesetkan. Banyak yang menyebutnya sebagai “Simpang Extra Joss” atau “Simpang Tinju”. Padahal di sanalah sejarah perjuangan di masa Agresi Belanda terjadi.
Keluarga besar pahlawan nasional Bagindo Aziz Chan merasa prihatin atas julukan yang diberikan warga kepada tugu tersebut. Seorang keluarga besar Bagindo Aziz Chan, Siti Fatimah berharap, nama Simpang Kandis tidak diplesetkan menjadi “Simpang Extra Joss”atau “Simpang Tinju”.
“Saya sangat sedih ketika tugu itu disebut begitu, seperti itu kah penghargaan kita terhadap pahlawan?” katanya saat didapuk memberi sepatah kata di Upacara Hari Gugurnya Pahlawan Nasional Bagindo Aziz Chan ke-73 di Ruang Pertemuan Bagindo Aziz Chan, Balaikota Padang, Minggu (19/7).
Siti Fatimah berharap perhatian semua pihak agar marwah Simpang Kandis tetap terjaga. Apalagi perjuangan Bagindo Aziz Chan tidak sama dengan pahlawan nasional lainnya. Perjuangan tersebut patut menjadi contoh tauladan bagi generasi selanjutnya.
Mendengar itu, Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah merasa terketuk hatinya. Mahyeldi menyebut, masukan yang disampaikan keluarga besar Bagindo Aziz Chan perlu diperhatikan dan disikapi semua pihak. Jangan sampai Simpang Kandis tersebut melekat ikon lain.
“Masukan itu barangkali perlu kita perhatikan dan rapikan, jangan sampai ada yang menyebut Simpang itu dengan nama lain dan tidak mengurangi rasa hormat kepada pahlawan,” sebut Mahyeldi dibenarkan Wakil Wali Kota Padang, Hendri Septa.
Seperti diketahui, sebagai penghormatan kepada Bagindo Aziz Chan, tidak saja dibangun tugu di Simpang Kandis. Akan tetapi juga mengabadikannya dengan nama jalan di beberapa kota. Monumen Bagindo Aziz Chan juga berada di Taman Melati di Kompleks Museum Adityawarman. Termasuk patungnya di kawasan Balaikota Padang lama di jalan M Yamin. (*/pta)