Padang, Babarito
Puluhan warga Lapau Banjuang, Kelurahan Gunung Sarik, Kecamatan Kuranji melakukan aksi blokir jalan. Aksi tersebut dilakukan karena adanya truk –truk yang keluar masuk mengangkut tambang tanah clay Gunung Sarik yang membuat jalan berlubang dan warga pun terkena debu-debu dari tanah itu.
Akibatnya, warga meletakkan meja di tengah jalan yang dilakukan Sabtu (30/5) sekitar pukul 10.00 WIB. Aksi blokir jalan ini berakhir setelah ada kesepakatan dengan pihak tambang akan membersihkan jalan dari sisa tanah dan debu sekaligus melakukan penyiraman untuk mengantisipasi debu. Selanjutnya pengelola juga berjanji akan mengetatkan truk-truk untuk menggunakan terpal penutup dan mengingatkan sopir untuk tidak ugal-ugalan di jalan.
Informasi yang diterima, aksi yang dilakukan oleh puluhan warga tersebut karena setiap adanya truk-truk yang lalu lalang di kampung mereka, tanpa mengunakan terpal penutup sehingga debu-debu berserakan ke rumah warga tersebut.
Dengan rasa kecewa warga-warga tersebut sepakat melakukan pemblokiran jalan dengan cara meletakan meja sehingga aktivitas pengangkutan hasil tambang tersebut sempat terhenti beberapa jam.
Dasril (33) warga sekitar menjelaskan, bertahun- tahun lamanya dampak dari aktivitas pengangkutan bahan tambang clay Gunung Sarik belum teratasi hingga saat ini. Sampai saat ini, warga masih merasakan dampak berupa debu dan kerusakan jalan. Sisa debu dari truk-truk pengangkut tanah ini serta kerusakan jalan tersebut terjadi hampir di seluruh jalan yang dilewati di Kelurahan Gunung Sarik.
“Debu yang tersisa dari truk-truk pengangkut tanah clay ini diduga akibat diabaikannya kelengkapan truk seperti tidak menggunakan terpal penutup. Begitupun kerusakan jalan diduga akibat muatan yang melebih kapasitas yang ditentukan, yang anehnya truk-truk tersebut bisa lalu lalang di jalan raya apakah pihak Kepolisian tidak tahu akan hal itu , masyarakat kecewa jadinya,” ungkapnya.
Warga lainya Helen (40) mengatakan hampir seluruh rumah hingga warung di sepanjang jalan yang dilewati truk-truk tersebut terpapar debu. Tentunya debu ini juga dikhawatirkan warga karena membahayakan kesehatan.
“Tidak hanya itu, penyiraman jalan yang seharusnya dilakukan pengelola tambang untuk mengurangi dampak debu kerap tidak dilakukan. Kecuali, setelah ada aksi warga menuntut hal tersebut baru kocar kacir dilakukan,” ujarnya dengan tegas.
Sementara itu warga yang terkena dampak debu tanah clay lainnya Davit (41) menyayangkan lemahnya pengawasan dari Pemerintah Kota Padang dan pihak Kepolisian. Sehingga aktivitas tambang yang seharusnya memberi kesejahteraan bagi warga malah memberikan dampak lingkungan yang cukup mengkhawatirkan.
“Pemblokiran jalan ini bukan kali pertama dilakukan warga sepanjang jalan yang dilewati truk tambang tanah clay di Kelurahan Gunung Sarik. Sebelumnya aksi serupa juga terjadi bahkan belum lama ini warga Lapau Manggis sempat menanam pohon pisang di jalan karena parahnya kerusakan jalan akibat truk-truk tambang tersebut. Tambang tanah clay yang beroperasi sejak tahun 90 an ini dinilai warga telah mencemari dan merusak lingkungan sepanjang jalan dilewati sekaligus merubah kualitas udara buruk sejak tambang tersebut berkatifitas,” ujarnya dengan keras.
Sementara itu Kapolsek Kuranji Kompol Armijon ketika di hubungi Minggu (1/6) mengatakan setiap mobil truk yang tidak memakai terpal ketika membawa muatan selalu diberi tindakan tegas. “Truk – truk yang tidak memakai terapal dan tidak memiliki surat – surat kita tilang dan kita kandangkan. Kita tidak main-main yang namanya peraturan,” tandasnya. (mor)