Padang, Babarito
Wabah Covid-19 yang melanda berbagai negara di dunia begitu mengkhawatirkan. Sejak ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO, kita harus semakin makin waspada dan tidak bisa menganggap remeh penanganan permasalahan akibat virus ini. Indonesia sendiri saat ini berada pada fase penambahan korban terinfeksi. Jumlah Orang Dalam Pantauan (ODP) juga terus meningkat seiring dengan penambahan Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
Di Sumatera Barat (Sumbar) sendiri, terhitung sampai Sabtu (04/04) tercatat ada 14 kasus positif, 71 orang PDP, dan 3.276 orang ODP. Jika angka ini terus bertambah, sedangkan kapasitas layanan rumah sakit memiliki keterbatasan, maka kejadian fatal akan dapat menjumpai kita. Pasien tidak dapat lagi terlayani dengan baik. Oleh karena itu, masyarakat memiliki peranan utama dalam kesuksesan bangsa ini untuk terlepas dari wabah Covid-19.
Peranan masyarakat yang sangat penting adalah dengan menjaga jarak fisik dalam bersosialisasi atau physical distancing. Ini harus dikerjakan oleh semua individu, tanpa terkecuali. Keaktifan kita dalam menerapkan physical distancing adalah bantuan terbesar yang bisa kita berikan kepada tenaga kesehatan yang sedang berjuang di manapun berada.
Covid-19 adalah virus yang sangat mudah berpindah baik melalui media droplet atau cairan yang keluar dari mulut pasien ketika berbicara, bersin, batuk, dll. Lebih parah lagi, COVID-19 bisa saja dibawa oleh seseorang yang terinfeksi namun tidak memperlihatkan tanda-tanda sakit atau lebih lazim disebut sebagai Orang Tanpa Gejala (OTG). Oleh karena itu, standar keamanan dalam penanganan pasien pada masa-masa sekarang ini haruslah ditingkatkan.
Semua tenaga kesehatan dan petugas di fasilitas kesehatan (faskes) harus dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) yang cukup dan sesuai standar. Hal ini menimbulkan peningkatan drastis terhadap jumlah kebutuhan APD di Indonesia, termasuk Sumbar.
Peningkatan jumlah kebutuhan tersebut ternyata banyak yang tidak terpenuhi oleh pasar, sehingga banyak tenaga medis dan pejuang-pejuang kesehatan yang menggunakan APD bersifatnya darurat bahkan bisa dikatakan mengkhawatirkan.
Melihat kondisi ini, UKM Neo-telemetri yang dikomandoi oleh Dr. Eng. Muhammad Ilhamdi Rusydi dan Ikatan Alumni Unit Kesenian Minangkabau Institut Teknologi Bandung (IA-UKM ITB) yang diwakili oleh Rian Novico sekaligus sebagai ketua gerakan ini telah menginisiasi Aksitageh. Gerakan ini mencoba untuk mengkolaborasikan berbagai komunitas relawan yang memiliki tujuan yang sama, yaitu membebaskan Sumbar dari COVID-19 dengan cepat dan cerdas. Saat ini tercatat sudah 26 komunitas dari berbagai bidang ikut tergabung dalam aksi ini.
Di halaman website covidsumbar.aksitageh.id, gerakan ini menyediakan media informasi tentang kebutuhan peralatan faskes untuk penanganan COVID-19. Melalui informasi ini, relawan dapat saling bahu membahu menyediakan kebutuhan dari faskes-faskes di Sumbar. Di samping menyediakan informasi faskes-faskes yang telah mendapatkan penyaluran bantuan oleh relawan, pada website ini juga terdapat informasi mengenai sumber-sumber penyediaan peralatan faskes yang kredibel.
Selain itu, penggunaan laman web ini dapat membantu terwujudnya pemerataan penyaluran faskes. Relawan dapat menghindari pemberian bantuan yang tidak tepat kebutuhannya akibat penumpukan penyaluran barang hanya pada satu atau dua faskes saja, sementara terdapat faskes yang belum terjangkau bantuan atau lebih membutuhkan.
Aksitageh melalui laman website covidsumbar.aksitageh.id yang mulai dikenalkan ke publik pada minggu ini, juga telah berhasil melakukan penyaluran 18.500 helai masker (370 kotak) selama periode 31 Maret sampai 04 April 2020. Penyaluran telah dilakukan pada RS Adnaan WD Payakumbuh, Puskemas Area Sungayang, Puskesmas Area Payakumbuh, Puskesmas Area Mudiak 50 Kota, dokter-dokter di RUP M.Djamil, RSUD Sadikin Pariaman, RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi, RSUD Solok Selatan dan berbagai faskes lain di wilayah Sumbar.
Pada minggu kedua April ini, Aksitageh juga telah merencanakan penyaluran bantuan lanjutan kepada faskes-faskes lainnya. Apa yang disalurkan melalui Aksitageh ini tentu masih jauh dari kebutuhan faskes-faskes tersebut. Oleh karena itu, Aksitageh mengajak semua masyarakat untuk saling bahu membahu membantu tenaga medis dalam berjuang di garda terdepan dalam penanganan wabah ini.
Dengan satu tujuan, membebaskan Ranah Minang dari COVID-19 dengan cepat dan certas, tentu perlu kolaborasi yang luas antar lapisan masyarakat baik di Sumbar ataupun relawan yang berada di rantau.
“Bantuan kita kepada faskes ini tidak ada artinya jika masyarakat masih belum disiplin pada diri sendiri dalam menerapkan menjaga jarak fisik ketika bersosialisasi,” kata Ketua Gerakan Aksitageh Rian Novico.
Ia juga menyampaikan, selain harus membantu tenaga kesehatan dalam merawat pasien COVID-19, juga harus memastikan agar tidak ada penambahan jumlah pasien pada waktu yang akan datang. Olah karena itu perlu dipastikan menerapkan menjaga jarak fisik dalam bersosialisasi.
Selanjutnya ketua gerakan menutup dengan ajakan bersatu “Kami yakin, satu semangat kita untuk Ranah Minang bisa memberikan dampak yang positif untuk penanganan wabah COVID-19 ini,” tutup Rian. (*/ti)