Oleh Ahmad R (Pemerhati Sosial Politik)
Suksesi kepemimpinan di sebagian daerah di Indonesia, termasuk di Sumatera Barat akan berlangsung pada September 2020 ketika pemilihan kepala daerah digelar secara serentak. Suksesi kepemimpinan adalah hal yang biasa dalam suatu pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah.
Suksesi di tingkat provinsi akan menarik perhatian bagi kepala daerah pada tingkatan di bawahnya, wali kota atau bupati untuk ikut berlaga di ajang pilgub memperebutkan kursi gubernur. Dengan bahasa yang lain, kepala daerah di tingkatan bawah ingin naik kelas menjadi gubernur.
Menarik mencermati ketika wali kota dan bupati yang masih aktif atau yang sudah tak lagi menjabat masuk bursa kandidat cagub Sumbar bersama politisi atau tokoh-tokoh lainnya.
Sejumlah nama yang muncul ke permukaan disebut-sebut sebagai kandidat cagub Sumbar 2020. Sebut saja antara lain, Wagub Sumbar Nasrul Abit, Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah, Bupati Padang Pariaman Ali Mukni, Anggota DPR RI dari Partai Demokrat Mulyadi, Walikota Payakumbuh Riza Falepi, Bupati Agam Indra Catri, Kapolda Sumbar Fakhrizal, Shadiq Pasadiqoe, Emma Yohana, dan anggota DPR RI dari Partai Gerindra Andre Rosiade.
Semua kandidat mempunyai peluang yang sama untuk tampil memimpin Sumatera Barat periode 2020-2025. Ini setelah Gubernur Sumbar Irwan Prayitno tak lagi berlaga di Pilgub Sumbar 2020.
Di Indonesia, kepala daerah yang naik kelas sudah banyak contohnya. Satu contoh saja, Presiden Joko Widodo. Sebelum menjadi presiden, Joko Widodo lebih dulu menjadi Wali Kota Solo kemudian naik kelas menjadi gubernur DKI Jakarta dan kini menjadi presiden RI.
Jadi ada peluang bagi salah satu kandidat kuat cagub Sumbar, Mahyeldi Ansharullah untuk naik kelas. Dari Wali Kota Padang menjadi gubernur Sumatra Barat. Dengan kata lain, mengikuti jejak para kepala daerah sebelumnya atau seperti contoh di atas.
Apalagi, Mahyeldi sudah punya pengalaman memimpin daerah, yakni Kota Padang. Bahkan, kepemimpinannya kini memasuki periode kedua. Keberlanjutan kepemimpinannya di Kota Padang pada periode menunjukkan kapasitas dan kualitas Mahyeldi dalam membangun daerahnya telah diakui masyarakatnya. Sehingga, pilihan kemudian dilabuhkan kepada Mahyeldi untuk memimpin Kota Padang di periode kedua.
Selain itu, keterpilihan seorang kepala daerah untuk kembali memimpin daerahnya di periode kedua, bisa menjadi modal kuat untuk masuk bursa calon gubernur. Keterpilihan kembali itu membuktikan bahwa ia masih dipercaya rakyatnya untuk menjadi kepala daerah. Paling tidak, rakyat puas atas kinerja dan kepemimpinannya
Hal itu bisa dibuktikan dengan hasil-hasil pembangunan yang bisa dirasakan dan dinikmati rakyatnya. Kemudian, adanya beragam penghargaan baik dari pemerintah pusat maupun dunia internasional atau pun dari lembaga-lembaga lain, membuktikan bahwa kinerjanya mendapat pengakuan pihak lain.
Dalam hierarki politik, seseorang yang memegang jabatan walikota atau bupati sesungguhnya punya peluang besar untuk naik jenjang ke posisi yang lebih tinggi, yakni gubernur. Sebab, wali kota atau bupati adalah jabatan yang sudah terbiasa dalam melayani rakyat, mengelola, dan membangun daerahnya.
Pengalaman memimpin daerah inilah yang menjadi bekal untuk memimpin wilayah dengan skala yang lebih luas, yakni provinsi. Melayani dan memimpin rakyat yang lebih banyak, membangun wilayah yang lebih luas, dan tanggung jawab yang juga lebih besar.