Oleh Ahmad R (Pemerhati sosial politik)
Dalam sebuah tim pemenangan pilkada, keberadaan tim media menjadi salah satu pilar penting. Dalam konteks ini, biasanya ada dua tim yang dibentuk oleh pasangan calon kepala daerah dan partai pengusung. Tim darat dan tim udara.
Tugas tim darat antara lain, penggalangan massa, pengerahan massa, sosialisasi pasangan calon, pemasangan spanduk, baliho, baner, dan penyiapan logistik.
Sedangkan tim udara, tugasnya membangun persepsi, opini dan meng-counter opini melalui saluran media, baik media cetak, media online, media sosial, radio, dan televisi.
Pilkada adalah perang persepsi. Bukan perang fisik. Karena itu, tak perlu menjadi manusia-manusia super. Punya otot kawat, tulang besi, untuk memenangkan pilkada. Dan kunci kemenangan dalam perang persepsi adalah strategi memenangkan pangsa benak pemilih.
Apa itu persepsi? Merujuk Wikipedia Bahasa Indonesia, persepsi adalah tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan. Persepsi bukanlah penerimaan isyarat secara pasif, tetapi dibentuk oleh pembelajaran, ingatan, harapan, dan perhatian.
Persepsi juga merupakan sebuah proses pemberian makna tentang apa yang ditangkap oleh indera seseorang, sehingga memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru. Dan, persepsi sangat dipengaruhi oleh informasi yang ditangkap indera secara keseluruhan.
Membangun persepsi pemilih terhadap pasangan calon kepala daerah yang efektif adalah dengan penggunaan media. Baik media mainstream (cetak , radio, dan televisi) atau media sosial (facebook, twitter, instagram, dan lainnya), termasuk juga portal berita online. Media-media ini punya andil besar dalam membentuk persepsi masyarakat
Pemanfaatan jejaring sosial ini memberikan sejumlah keuntungan bagi para kandidat. Antara lain, proses publikasi dan sosialisasi ke masyarakat lebih cepat dan murah, memiliki keleluasaan dalam menyampaikan gagasan atau pesan-pesan politik, dan adanya respons yang muncul dari pengguna media sosial, misalnya like, comment atau share (LCS), menunjukkan bahwa pesan kandidat telah sampai dan dibaca orang.
Dibandingkan membangun personal branding atau promosi diri pasangan calon kepala daerah melalui baliho, poster, spanduk, atau stiker, penggunaan lewat media massa dan media sosial jelas lebih efektif.
Sebab, kelebihan media massa dan media sosial adalah kemampuannya menjangkau ruang dan waktu serta mampu memasuki wilayah-wilayah yang tak mampu dijangkau media lain. Pendek kata, dua jenis media ini sangat efektif dalam mempublikasikan calon-calon yang akan berlaga di pilkada, karena hampir semua orang mempunyai akses memperoleh informasi lewat media
Kendati demikian, perlu juga diingat bahwa produktif dalam menggunakan media sosial bukan ukuran sesungguhnya dalam meraih kemenangan. Tetap saja strategi pemenangan di dunia nyata adalah faktor terpenting. Kalau toh muncul fakta bahwa kandidat yang aktif di media sosial berhasil memenangkan pertarungan, hal itu lebih disebabkan hasil dari pertarungan di darat.
Begitu pentingnya peran tim media, maka setiap pasangan calon yang berlaga di pilkada dipastikan punya tim media masing-masing.