Oleh Ahmad R (Pengamat Sosial Politik)
Faktor terpenting dari sebuah pemilihan, baik pemilihan umum, pemilihan presiden maupun pemilihan kepala daerah adalah suara pemilih. Satu orang pemilih punya satu suara. Kemenangan kandidat ditentukan oleh banyaknya suara pemilih yang diperolehnya.
Betapa pentingnya suara pemilih bagi kandidat, meskipun itu hanya satu suara. Karenanya, para kandidat yang bertarung dalam pesta demokrasi, termasuk Pilgub Sumbar 2020 akan berupaya keras menarik simpati dan dukungan masyarakat.
Untuk menarik simpati dan dukungan pemilih, maka para kandidat dan tim pemenang biasanya meracik taktik dan strategi yang berbeda untuk setiap elemen masyarakat yang didatangi. Taktik dan strategi ini penting agar proses pemenangan bisa berjalan efektif dan efisien.
Pemilih pada dasarnya memiliki cara pandang yang tidak sama terhadap calon kepala daerah (Cakada). Hal itu dilatari oleh budaya yang berbeda, status sosial yang berbeda, pendidikan berbeda, dan lingkungan yang berbeda. Termasuk, apakah pemilih dalam pilgub adalah pemula atau yang sudah berpengalaman mengikuti proses pemilihan.
Setidaknya ada empat tipe pemilih yang perlu mendapat perhatian cakada dan tim pemenangannya.
Pertama, pemilih tradisional. Pemilih jenis ini jumlahnya masih mayoritas, tidak saja untuk ukuran daerah, tetapi juga dalam skala nasional. Pemilih kategori ini cenderung patuh pada patron-nya atau tokoh panutan/teladan di lingkungan tempat tinggalnya. Apa yang dikatakan sang tokoh, mereka dengar dan ikuti.
Kepatuhan pemilih tipe ini kepada tokoh masyarakat sangat kuat. Siapa yang dipilih oleh tokohnya, itu yang juga mereka pilih. Pemilih jenis ini memudahkan bagi calon untuk memperoleh suara yang banyak. Cakada dan tim pemenangan tinggal meyakinkan tokoh mereka, maka warganya pun akan ikut serta.
Kedua, pemilih rasional. Tak mudah meyakinkan pemilih jenis ini untuk mendapatkan suaranya. Sedikit banyak mereka paham dengan isu-isu politik, visi misi, program kerja calon, relevansi pilkada dengan pembangunan di daerahnya, dan lainnya. Mereka juga akan cenderung mempelajari rekam jejak sang calon dengan menyerap informasi sebanyak-banyaknya dan melakukan perbandingan antara satu dengan calon lainnya.
Terhadap pemilih jenis ini butuh argumantasi yang kuat dari calon kepala daerah dan tim pemenangannya untuk meyakinkannya. Dengan membeberkan fakta-fakta lapangan dan program-program kerja yang terukur, terarah, dan benar-benar bisa dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat.
Ketiga, pemilih ideologis. Pemilih jenis ini lebih melihat pada adanya kesamaan ideologi calon atau partai pengusung calon. Meski tetap mengedepankan sikap kritis, tetapi mereka patuh terhadap keputusan parpol yang telah mengusung atau mendukung calon tertentu.
Keempat, pemilih skeptis. Pemilih yang masuk kategori ini punya pandangan yang tak peduli dengan pilkada. Sebab, baginya siapapun yang terpilih tidak akan membawa perubahan atau sesuai harapannya. Tidak percaya lagi terhadap pemimpin, tidak perhatian terhadap program kerja dan visi misi calon, dan tidak mau berpartisipasi dalam proses pemilihan.
Pemilih jenis ini biasanya akan mengambil sikap golput alias tidak memilih. Atau kalau pun datang ke TPS, ia akan mencoblos pasangan calon sesukanya saja tanpa mengenal siapa pasangan calon yang dipilihnya.
Keempat tipe pemilih tersebut rasanya tak terlalu sulit untuk dirangkul salah satu kandidat cagub Sumbar 2020 seperti Mahyeldi Ansharullah. Selain sosoknya yang sudah dikenal luas oleh masyarakat pemilih, rekam jejaknya dalam memimpin Kota Padang sejauh ini sudah teruji pula. Sehingga, ini bisa menjadi poin dan nilai jual tersendiri.