Kota Padang yang heterogen dihuni oleh berbagai macam suku Bangsa, salah satunya adalah Suku Nias. Konon kabarnya Suku Nias termasuk salah satu suku angg pertama mendiami pesisir barat kota Padang. Salah satu bukti sejarah, adanya daerah di pesisir pantai yg benama “pantai puruih” yang menurut literasi berasal dari bahasa Nias.
Salah satu pemukiman terbesar orang Nias di Padang adalah di Puruih. Nama Puruih ini berasal dari bahasa Nias, yang dibaca ‘furui’ atau ‘vurui’ karena mereka tidak bisa membaca huruf ‘p’. Ia menyebutkan, arti dari kata Puruih itu adalah ‘melipat’.
Jadi masyarakat Nias yang tinggal di sana sering meilihat ombak besar melipat dan menggulung pemukiman mereka, sehingga terucaplah oleh mereka ‘difurui ita’ atau ‘dilipatnya kita’. Hingga saat ini, kawasan Puruih memang terkenal dengan ombaknya yang besar dan bergulung-gulung ketika menghempas ke tepi pantai.
Kemajemukan kota padang merupakan anugrah dari sang pencipta yg perlu sangat disyukuri dan perlu dijaga selalu.
Hari ini Walikota Padang non aktif Mahyeldi Ansharullah hadir Membersamai masyarakat Nias Kota Padang sebagai tamu undagan Khusus yang diberikan kepada Mahyeldi.
Dalam acara tersebut Mahyeldi disuguhi sekapur sirih dan tari persembahan ala masyarakat Suku Nias.
“Perbedaan tidak menjadi halangan untuk selalu membersamai, keberagamaan untuk selalu menghargai dan membuat hidup menjadi indah”.*